MAKALAH
Kegagalan Dalam Bercerita
Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah:
TEKNIK PENYAJIAN CERITA
Dosen Pengampu
![]() |
Disusun
O
L
E
H:
Nama :
Nim :
Jurusan :
TARBIYAH
Program studi : Pendidikan
Guru Raudatul Atfal
PENDIDIKAN GURU RAUDATUL ATFAL (PGRA)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK
BANGKA BELITUNG
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR
Asslamualaikum warahmatullah
wabarakatuh.
Segala
puji bagi Allah tuhan semesta alam yang mana atas rahmat dan hidayatnya lah
saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun banyak terdapat
kendala dan hambatan. Tak lupa pula sholawat dan salam saya hanturkan kepada
junjungan kita nabi besar Muhammad Saw dan para sahabatnya serta orang-orang
yang mengikuti ajaran dan jejaknya hingga hari kiamat nanti.
Tak lupa
pula saya ucapkan terima kasih kepada
suami dan buah hati tercinta yang telah memberikan dukungan kepada saya. Baik
itu dukungan moril maupun meteril.
Makalah ini diharapkan dapat
menjadi menjadi referensi bagi para mahasiswa untuk lebih mengetahui tentang kegagalan dalam menceritakan pada anak usia dini.
Apabila
terdapat banyak kekurangan kritik dan saran yang membangun. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini, penulis mengucapkan banyak – banyak terima kasih. Semoga
makalah ini dapat berguna untuk kita semua dan dapat menjadi referensi buat
kita untuk lebih dan lebih menggali ilmu yang berkaitan dengan Teknik dalam
Menyajikan Cerita.
Aamiin allahumma aamiin..
Wassalamualaikum warahmatullah
wabarakatuh.
Petaling, 20 Maret 2015
Penyusun
...................
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
............................................................................................
i
DAFTAR ISI
..........................................................................................................
ii
I.
Pendahuluan
A. Latar Belakang
.........................................................................................
1
II. Pembahasan
A.
Pengertian
Cerita
.......................................................................................
2
B. Metode dalam Bercerita
.............. ...............................................................3
C. Kegagalan dalam
bercerita .........................................................................
5
III. Penutup
A. Kesimpulan
............................................................................................
11
DAFTAR ISI
........................................................................................................
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Cerita dalah suatu kegiatan yang sangat digemari
oleh anak-anak, cerita juga digemari oleh kalangan dewasa. Hal ini dibuktikan
dengan banyaknya beredar cerita-cerita dikalangan umum. bercerita adalah suatu
kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat
atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi
atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan oleh karena
orang yang menyajikan cerita tersebut menyampaikan dengan menarik .
Menikmati sebuah cerita mulai tumbuh pada seorang
anak ia mengerti akan peristiwa yang terjadi di sekitarnya dan setelah
memorinya merekam beberapa kabar berita masa pada usia 4-6 tahun. Untuk itu,
dalam menyampaikan cerita kepada seorang anak, seorang pendidikan harus
menguasai bagaimana cara menyampaikan cerita dengan baik dan benar.
Bercerita merupakan
aktivitas manusia yang perlu dikuasai oleh orang tua maupun guru. Bagi anak bercerita
merupakan kegiatan yang paling disenangi. Kegiatan ini sejak dulu dilakukan
oleh orang tua mereka untuk pengantar tidur. Kebiasaan ini berjalan hingga saat
ini, yakni bercerita masih dilakukan oleh orang tua untuk membina dan membentuk
perkembangan pribadi anaknya.
Dalam menyampaikan
cerita kepada anak-anak ada beberapa hal yang harus dipelajari sehingga dalam
penyampaiannya, mereka tidak menyimpulkan pesan yang disampaikan secara rancu
sesuai dengan tujuan dari pencerita.
Untuk itu, dalam
makalah ini, pemakalah akan mengulas secara singkat kesalahan-kesalahan
pendidikan dalam menyampaikan cerita pada anak-anak usia dini.
II.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Cerita
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, cerita adalah
tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal atau peristiwa
atau karangan yang menuturkan perbuatan,
pengalaman, atau penderitaan orang, dan kejadian. Cerita juga merupakan suatu
rangkaian peristiwa yang disampaikan, baik itu berasal dari kejadian nyata
maupun tidak nyata.[1]
Cerita merupakan pengalaman bahasa
yang nyata. Seperti halnya dengan lagu, cerita dapat dikategorikan sebagai
cerita yang bertujuan untuk menghibur atau membuat senang pendengarnya.tetapi
juga dapat berdasar tujuan lain, misalnya memberikan pesan yang dapat dipakai
sebagai nasihat atau pelajaran yang baik bagi orang lain. Cerita seperti ini
memiliki unsur pendidikan atau memberi contoh yang baik.[2]
Cerita adalah
salah satu cara untuk menarik perhatian anak. Ada banyak cerita yang disenangi
anak-anak, diantaranya cerita yang berkaitan dengan dunia binatang. Cerita merupakan kebutuhan universal manusia, dari anak hingga orang
dewasa. Bagi anak-anak, cerita tidak hanya memberikan manfaat emotif tetapi
juga membantu pertumbuhan mereka dalam berbagai aspek. Oleh karena itu, perlu
diyakini bahwa bercerita merupakan aktivitas penting dan tak terpisahkan dalam
program pendidikan anak usia dini.
Cerita dapat memberikan pengaruh
positif terhadap kemampuan anak dalam menyelesaikan masalah secara kreatif.
Imajinasi juga mempengaruhi cara anak menghadapi kehidupan. Imajinasi yang baik
mampu membuat seseorang melihat tanpa melihat, mendengar tanpa mendengar.[3]
Dalam menyampaikan sebuah cerita,
seorang guru harus pandai
mengekspresikan karakter tokoh. Karakter tokoh dapat diekspresikan
dengan berbagai cara antara lain, ekspresi visual ( raut muka, mulut, tangan)
dan karakter ekspresi suara. Menghidupkan suasana cerita haruslah dilakukan
oleh guru. Ada berbagai macam teknik untuk menghidupan cerita yaitu :
1.
mengoptimalkan
dialog tokoh-tokoh cerita,
2.
mengoptimalkan
klimaks cerita,
3.
membangkitkan humor
disela-sela cerita,
4.
melibatkan anak
dalam cerita,
5.
melakukan
improvisasi,
6.
memanfaatkan alat
bantu secara optimal,
7.
berolah suara,
mimik, dan pantomimik[4].
B.
Metode dalam Bercerita
Setiap proses pendidikan,
diperlukan adanya sebuah metode yang digunakan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan dalam pendidikan itu sendiri. Metode bercerita merupakan salah satu
metode yang banyak dipergunakan di Taman Kanak-kanak. Metode bercerita
merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman
belajar bagi anak PAUD dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan.
Cerita yang dibawakan guru harus menarik, dan mengundang perhatian anak dan
tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak PAUD.
Dalam menyampaikan cerita,
ada beberapa hal yang harus dipersiapkan, diantaranya yaitu:
1.
Menetapkan tujuan
dan tema cerita.
2.
Menetapkan bentuk
bercerita yang dipilih, misalnya bercerita dengan membaca langsung dari buku
cerita, menggunakan gambar-gambar, menggunakan papan flannel, dst.
3.
Menetapkan bahan
dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita sesuai dengan bentuk
bercerita yang dipilih.
4.
Menetapkan
rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita, yang terdiri dari:
a.
menyampaikan tujuan
dan tema cerita,
b.
mengatur tempat
duduk,
c.
melaksanaan
kegiatan pembukaan,
d.
mengembangkan
cerita,
e.
menetapkan teknik
bertutur,
f.
mengajukan
pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita.
5.
Menetapkan
rancangan penilaian kegiatan bercerita.
Kegiatan bercerita merupakan kegiatan yang memiliki manfaat besar bagi
perkembangan anak serta pencapaian tujuan pendidikan. Sebelum melaksanakan
kegiatan bercerita guru terlebih dahulu harus merancang kegiatan bercerita
berupa langkah-langkah yang harus ditempuh secara sistematis. Ada beberapa manfaat cerita bagi anak TK, yaitu sebagai berikut:
1.
Bagi anak TK
mendengarkan cerita yang menarik dan dekat dengan lingkungannya merupakan
kegiatan yang mengasyikkan.
- Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan nilai-nilai positif pada anak.
- Kegiatan bercerita juga memberikan sejumlah pengetahuan social, nilai-nilai moral dan keagamaan.
- Pembelajaran dengan bercerita memberikan memberikan pengalaman belajar untuk mendengarkan.
- Dengan dengan mendengarkan cerita anak dimungkinkan untk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
- Membantu anak untuk membangun bermacam-macam peran yang mungkin dipilih anak, dan bermacam layanan jasa yang ingin disumbangkan anak kepada masyarakat.[5]
Ada beberapa unsur dalam sebuah cerita, cerita yang menjadi kekuatan
cerita tersebut. Kekuatan ini berkaitan dengan isi pesan dan sifat cerita atau
dongeng, serta dampak yang ditimbulkannya, yaitu :
a.
Sarat nuansa hiburan yang mendidik dan
keratif bagi anak-anak, sehingga anak merasa senang dan terhibur.
b.
Mengandung pesan moral yang dalam dan komprehensif,
sehingga cerita bisa dijadikan cara mendidik yang tanpa disadari anak.
c.
Adanya interaksi langsung antara anak dengan orangtuanya,
sehingga dapat mempererat ikatan batin dan menjalin komunikasi yang baik dengan
anak. Hal ini akan berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak menjelang
dewasa.
d.
Sebuah cerita biasanya membuat penasaran, sehingga
merangsang rasa ingin tahu anak akan kelanjutannya dan akhir ceritanya.
e.
Dongeng atau cerita merupakan aktivitas rileks yang
memang memiliki potensi konstruktif untuk mendukung tumbuhkembangnya mental dan
kepribadian anak, bahkan memberikan efek menidurkan anak.
f.
Membentuk visualisasi anak dari cerita yang didengarkan.
Ia dapat membayangkan seperti apa tokoh-tokoh maupun situasi yang muncul dari
dongeng tersebut, sehingga dalam bisa melatih kreativitas anak.
Metode bercerita sangat umum digunakan dalam pembelajaran
anak usia dini, khususnya dalam menyampaikan pesan-pesan dan nilai-nilai yang
hendak diinternalisasikan kepada anak.
Ada beberapa kelebihan metode ini
diantaranya:
a.
Dapat meningkatkan
motivasi anak untuk belajar, karena anak sangat senang dengan cerita-cerita.
b.
Sangat sesuai untuk
pendidikan afektif (nilai), sebab metode ini dapat menyampaikan nilai-nilai
kebaikan kepada anak melalui contoh-contoh dalam cerita sehingga mendorong anak
untuk melakukan kebaikan tersebut, sekaligus menghindari perbuatan buruk yang
digambarkan dalam cerita guru.
c.
Tidak membutuhkan
banyak alat dan media pembelajaran.
Adapun kelemahannya antara lain:
a.
Dalam pembelajaran
ini biasanya guru lebih dominan, sehingga peran aktif anak sedikit terbatas.
Oleh karena itu, guru harus mampu mengkolaborasikan metode ini dengan
metode-metode yang lainnya seperti tanya jawab dan bernyanyi.
b.
Guru dituntut untuk
benar-benar menguasai teknik bercerita yang baik, sehingga anak tertarik dengan
cerita yang dibawakannya sekaligus pesan yang ingin disampaikan akan diterima
anak dengan baik.[6]
C.
Kegagalan dalam Bercerita
Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang
mengisahkan tentang perbuatan atau sesuatu kejadian dan disampaikan secara
lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain.
Dengan bercerita maka dapat memperluas wawasan dan cara berpikir anak, sebab
dalam bercerita anak mendapatkan tambahan pengalaman yang bisa jadi merupakan
hal yang baru baginya. [7]
Ada
beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam
menyampaikan cerita, di antaranya adalah sebagai berikut:
1.
Sesuai
dengan tingkat perkembangan dan lingkungan anak-anak, tempat dan keadaan
2.
Isi
cerita harus bermutu pendidikan seperti nilai moral dan tujuan pengembangan
bahasa anak-anak
3.
Memperhatikan
daya kemampuan anak yang berdasarkan usia, antara lain:
a) Usia 3-4 tahun tahap kemampuan mendenganrkan cerita dari
7 sampai dengan 10 menit
b) Usia 4-5 tahun tapat mendengarkan cerita dari 10
sampai dengan 20 menit
c)
Usia
5-6 tahun tapat
kemampuan mendengarkan cerita dari 20 sampai dengan 25 menit
Untuk mencapai keberhasilan dalam bercerita, ada
dua faktor pokok yang harus diperhatikan oleh setiap pendidik yang akan
bercerita, diantaranya:[8]
4.
Menyiapkan Naskah/skenario
Menyiapkan
naskah/skenario pada cerita dapat dibuat melalui:
a.
Dari sumber cerita
yang telah ada
b.
Mengarang cerita sendiri
5.
Menyiapkan sinopsis (kerangka)
Secara garis besar unsur-unsur penyajian cerita
yang harus dikombinasikan secara proporsional adalah sebagai berikut:
a.
Narasi
b.
Dialog
c.
Ekpresi
d.
Visualisasi
e.
Ilustrasi suara
f.
Media, dan
g.
Teknis ilustrasi.
Dalam bercerita ada beberapa hal penting yang harus
diperhatikan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam menerima isi dari pesan
yang disampaikan, diataranya:
a.
Pendengar harus terlibat
b.
Cerita dapat dimengerti
c.
Guru benar-benar memahami cerita yang disampaikan
III. PENUTUP
Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang
mengisahkan tentang perbuatan atau sesuatu kejadian dan disampaikan secara
lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain.
Ada
beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam
menyampaikan cerita, di antaranya adalah sebagai berikut:
a.
Sesuai
dengan tingkat perkembangan dan lingkungan anak-anak, tempat dan keadaan
b.
Isi
cerita harus bermutu pendidikan seperti nilai moral dan tujuan pengembangan
bahasa anak-anak
c.
Memperhatikan
daya kemampuan anak yang berdasarkan usia
Dalam bercerita ada beberapa hal penting yang harus
diperhatikan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam menerima isi dari pesan
yang disampaikan, diataranya:
a.
Pendengar harus terlibat
b.
Cerita dapat dimengerti, dan
c.
Guru benar-benar memahami cerita yang disampaikan
DAFTAR PUSTAKA
Suyanto, Kasihani, 2008. English For Young
Learners. Jakarta: Bumi Aksara, 2008..
Suharsono, 2005. Melejitkan
IQ, IE, & IS. Depok: Inisiasi Press
Muhammad Fadillah dan Lilif
Mualifatu Khorida. 2013. Pendidikan
karakter Anak Usia Dini. .Yogjakarta: Ar-Ruzz Media
Bachtiar bachri, 2005. Pengembangan
Kegiatan Bercerita, Teknik dan Prodesurnya. Jakarta: Depdikbud.
www.anisa paud.com

Tidak ada komentar:
Posting Komentar