Minggu, 03 Mei 2015

KEGAGALAN DALAM MENCERITA



MAKALAH
Kegagalan Dalam Bercerita
Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
TEKNIK PENYAJIAN CERITA
Dosen Pengampu



 









Disusun
O
L
E
H:

Nama                       
Nim                           :
Jurusan                    : TARBIYAH
Program studi          : Pendidikan Guru Raudatul Atfal

PENDIDIKAN GURU RAUDATUL ATFAL (PGRA)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK
BANGKA BELITUNG
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR

Asslamualaikum warahmatullah wabarakatuh.
          Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam yang mana atas rahmat dan hidayatnya lah saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun banyak terdapat kendala dan hambatan. Tak lupa pula sholawat dan salam saya hanturkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad Saw dan para sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti ajaran dan jejaknya hingga hari kiamat nanti.
Tak lupa pula saya ucapkan terima kasih  kepada suami dan buah hati tercinta yang telah memberikan dukungan kepada saya. Baik itu dukungan moril maupun meteril.
Makalah ini diharapkan dapat menjadi menjadi referensi bagi para mahasiswa untuk lebih mengetahui tentang kegagalan dalam menceritakan pada anak usia dini.
Apabila terdapat banyak kekurangan kritik dan saran yang membangun. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, penulis mengucapkan banyak – banyak terima kasih. Semoga makalah ini dapat berguna untuk kita semua dan dapat menjadi referensi buat kita untuk lebih dan lebih menggali ilmu yang berkaitan dengan Teknik dalam Menyajikan Cerita.
Aamiin allahumma aamiin..

Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.


                                                                                    Petaling, 20 Maret 2015
                                                                                                Penyusun



                                                                                                ...................

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
I.         Pendahuluan
A.       Latar Belakang ......................................................................................... 1
II.      Pembahasan
A.    Pengertian Cerita  ....................................................................................... 2
B.     Metode dalam Bercerita .............. ...............................................................3
C.     Kegagalan dalam bercerita ......................................................................... 5
III.   Penutup
A.       Kesimpulan ............................................................................................ 11
DAFTAR ISI ........................................................................................................














I.         PENDAHULUAN

A.      Latar  Belakang
Cerita dalah suatu kegiatan yang sangat digemari oleh anak-anak, cerita juga digemari oleh kalangan dewasa. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya beredar cerita-cerita dikalangan umum. bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan oleh karena orang yang menyajikan cerita tersebut menyampaikan dengan menarik .
Menikmati sebuah cerita mulai tumbuh pada seorang anak ia mengerti akan peristiwa yang terjadi di sekitarnya dan setelah memorinya merekam beberapa kabar berita masa pada usia 4-6 tahun. Untuk itu, dalam menyampaikan cerita kepada seorang anak, seorang pendidikan harus menguasai bagaimana cara menyampaikan cerita dengan baik dan benar.
Bercerita merupakan aktivitas manusia yang perlu dikuasai oleh orang tua maupun guru. Bagi anak bercerita merupakan kegiatan yang paling disenangi. Kegiatan ini sejak dulu dilakukan oleh orang tua mereka untuk pengantar tidur. Kebiasaan ini berjalan hingga saat ini, yakni bercerita masih dilakukan oleh orang tua untuk membina dan membentuk perkembangan pribadi anaknya.
Dalam menyampaikan cerita kepada anak-anak ada beberapa hal yang harus dipelajari sehingga dalam penyampaiannya, mereka tidak menyimpulkan pesan yang disampaikan secara rancu sesuai dengan tujuan dari pencerita.
Untuk itu, dalam makalah ini, pemakalah akan mengulas secara singkat kesalahan-kesalahan pendidikan dalam menyampaikan cerita pada anak-anak usia dini.





II.      PEMBAHASAN

A.      Pengertian Cerita
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, cerita adalah tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal atau peristiwa atau  karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman, atau penderitaan orang, dan kejadian. Cerita juga merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disampaikan, baik itu berasal dari kejadian nyata maupun tidak nyata.[1]
Cerita merupakan pengalaman bahasa yang nyata. Seperti halnya dengan lagu, cerita dapat dikategorikan sebagai cerita yang bertujuan untuk menghibur atau membuat senang pendengarnya.tetapi juga dapat berdasar tujuan lain, misalnya memberikan pesan yang dapat dipakai sebagai nasihat atau pelajaran yang baik bagi orang lain. Cerita seperti ini memiliki unsur pendidikan atau memberi contoh yang baik.[2]
Cerita adalah salah satu cara untuk menarik perhatian anak. Ada banyak cerita yang disenangi anak-anak, diantaranya cerita yang berkaitan dengan dunia binatang. Cerita merupakan kebutuhan universal manusia, dari anak hingga orang dewasa. Bagi anak-anak, cerita tidak hanya memberikan manfaat emotif tetapi juga membantu pertumbuhan mereka dalam berbagai aspek. Oleh karena itu, perlu diyakini bahwa bercerita merupakan aktivitas penting dan tak terpisahkan dalam program pendidikan anak usia dini.
Cerita dapat memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan anak dalam menyelesaikan masalah secara kreatif. Imajinasi juga mempengaruhi cara anak menghadapi kehidupan. Imajinasi yang baik mampu membuat seseorang melihat tanpa melihat, mendengar tanpa mendengar.[3]
Dalam menyampaikan sebuah cerita, seorang guru harus pandai  mengekspresikan karakter tokoh. Karakter tokoh dapat diekspresikan dengan berbagai cara antara lain, ekspresi visual ( raut muka, mulut, tangan) dan karakter ekspresi suara. Menghidupkan suasana cerita haruslah dilakukan oleh guru. Ada berbagai macam teknik untuk menghidupan cerita yaitu :
1.         mengoptimalkan dialog tokoh-tokoh cerita,
2.         mengoptimalkan klimaks cerita,
3.         membangkitkan humor disela-sela cerita,
4.         melibatkan anak dalam cerita,
5.         melakukan improvisasi,
6.         memanfaatkan alat bantu secara optimal,
7.         berolah suara, mimik, dan pantomimik[4].

B.       Metode dalam Bercerita
Setiap proses pendidikan, diperlukan adanya sebuah metode yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam pendidikan itu sendiri. Metode bercerita merupakan salah satu metode yang banyak dipergunakan di Taman Kanak-kanak. Metode bercerita merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar bagi anak PAUD dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru harus menarik, dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak PAUD.
Dalam menyampaikan cerita, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan, diantaranya yaitu:
1.         Menetapkan tujuan dan tema cerita.
2.         Menetapkan bentuk bercerita yang dipilih, misalnya bercerita dengan membaca langsung dari buku cerita, menggunakan gambar-gambar, menggunakan papan flannel, dst.
3.         Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita sesuai dengan bentuk bercerita yang dipilih.
4.         Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita, yang terdiri dari:
a.    menyampaikan tujuan dan tema cerita,
b.    mengatur tempat duduk,
c.    melaksanaan kegiatan pembukaan,
d.   mengembangkan cerita,
e.    menetapkan teknik bertutur,
f.     mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita.
5.         Menetapkan rancangan penilaian kegiatan bercerita.
Kegiatan bercerita merupakan kegiatan yang memiliki manfaat besar bagi perkembangan anak serta pencapaian tujuan pendidikan. Sebelum melaksanakan kegiatan bercerita guru terlebih dahulu harus merancang kegiatan bercerita berupa langkah-langkah yang harus ditempuh secara sistematis. Ada beberapa manfaat cerita bagi anak TK, yaitu sebagai berikut:
1.      Bagi anak TK mendengarkan cerita yang menarik dan dekat dengan lingkungannya merupakan kegiatan yang mengasyikkan.
  1. Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan nilai-nilai positif pada anak.
  2. Kegiatan bercerita juga memberikan sejumlah pengetahuan social, nilai-nilai moral dan keagamaan.
  3. Pembelajaran dengan bercerita memberikan memberikan pengalaman belajar untuk mendengarkan.
  4. Dengan dengan mendengarkan cerita anak dimungkinkan untk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
  5. Membantu anak untuk membangun bermacam-macam peran yang mungkin dipilih anak, dan bermacam layanan jasa yang ingin disumbangkan anak kepada masyarakat.[5]
Ada beberapa unsur dalam sebuah cerita, cerita yang menjadi kekuatan cerita tersebut. Kekuatan ini berkaitan dengan isi pesan dan sifat cerita atau dongeng,  serta dampak yang ditimbulkannya, yaitu :
a.         Sarat nuansa hiburan yang mendidik dan keratif bagi anak-anak, sehingga anak merasa senang dan terhibur.
b.         Mengandung pesan moral yang dalam dan komprehensif, sehingga cerita bisa dijadikan cara mendidik yang tanpa disadari anak.
c.         Adanya interaksi langsung antara anak dengan orangtuanya, sehingga dapat mempererat ikatan batin dan menjalin komunikasi yang baik dengan anak. Hal ini akan berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak menjelang dewasa.
d.        Sebuah cerita biasanya membuat penasaran, sehingga merangsang rasa ingin tahu anak akan kelanjutannya dan akhir ceritanya.
e.         Dongeng atau cerita merupakan aktivitas rileks yang memang memiliki potensi konstruktif untuk mendukung tumbuhkembangnya mental dan kepribadian anak, bahkan memberikan efek menidurkan anak.
f.          Membentuk visualisasi anak dari cerita yang didengarkan. Ia dapat membayangkan seperti apa tokoh-tokoh maupun situasi yang muncul dari dongeng tersebut, sehingga dalam bisa melatih kreativitas anak.
Metode bercerita sangat umum digunakan dalam pembelajaran anak usia dini, khususnya dalam menyampaikan pesan-pesan dan nilai-nilai yang hendak diinternalisasikan kepada anak.
Ada beberapa kelebihan metode ini diantaranya:
a.       Dapat meningkatkan motivasi anak untuk belajar, karena anak sangat senang dengan cerita-cerita.
b.      Sangat sesuai untuk pendidikan afektif (nilai), sebab metode ini dapat menyampaikan nilai-nilai kebaikan kepada anak melalui contoh-contoh dalam cerita sehingga mendorong anak untuk melakukan kebaikan tersebut, sekaligus menghindari perbuatan buruk yang digambarkan dalam cerita guru.
c.       Tidak membutuhkan banyak alat dan media pembelajaran.
Adapun kelemahannya antara lain:
a.         Dalam pembelajaran ini biasanya guru lebih dominan, sehingga peran aktif anak sedikit terbatas. Oleh karena itu, guru harus mampu mengkolaborasikan metode ini dengan metode-metode yang lainnya seperti tanya jawab dan bernyanyi.
b.         Guru dituntut untuk benar-benar menguasai teknik bercerita yang baik, sehingga anak tertarik dengan cerita yang dibawakannya sekaligus pesan yang ingin disampaikan akan diterima anak dengan baik.[6]

C.      Kegagalan dalam Bercerita
Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau sesuatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain. Dengan bercerita maka dapat memperluas wawasan dan cara berpikir anak, sebab dalam bercerita anak mendapatkan tambahan pengalaman yang bisa jadi merupakan hal yang baru baginya. [7]
Ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam menyampaikan cerita, di antaranya adalah sebagai berikut:
1.           Sesuai dengan tingkat perkembangan dan lingkungan anak-anak, tempat dan keadaan
2.           Isi cerita harus bermutu pendidikan seperti nilai moral dan tujuan pengembangan bahasa anak-anak
3.           Memperhatikan daya kemampuan anak yang berdasarkan usia, antara lain:
a)      Usia 3-4 tahun tahap kemampuan mendenganrkan cerita dari 7 sampai dengan 10 menit
b)      Usia 4-5 tahun tapat mendengarkan cerita dari 10 sampai  dengan 20 menit
c)    Usia 5-6 tahun tapat kemampuan mendengarkan cerita dari 20 sampai dengan 25 menit

Untuk mencapai keberhasilan dalam bercerita, ada dua faktor pokok yang harus diperhatikan oleh setiap pendidik yang akan bercerita, diantaranya:[8]
4.        Menyiapkan Naskah/skenario
Menyiapkan naskah/skenario pada cerita dapat dibuat melalui:
a.       Dari sumber  cerita yang telah ada
b.      Mengarang cerita sendiri
5.        Menyiapkan sinopsis (kerangka)
Secara garis besar unsur-unsur penyajian cerita yang harus dikombinasikan secara proporsional adalah sebagai berikut:
a.       Narasi
b.      Dialog
c.       Ekpresi
d.      Visualisasi
e.       Ilustrasi suara
f.       Media, dan
g.      Teknis ilustrasi.
Dalam bercerita ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam menerima isi dari pesan yang disampaikan, diataranya:
a.       Pendengar harus terlibat
b.      Cerita dapat dimengerti
c.       Guru benar-benar memahami cerita yang disampaikan








III.   PENUTUP

Bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau sesuatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain.
Ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam menyampaikan cerita, di antaranya adalah sebagai berikut:
a.         Sesuai dengan tingkat perkembangan dan lingkungan anak-anak, tempat dan keadaan
b.        Isi cerita harus bermutu pendidikan seperti nilai moral dan tujuan pengembangan bahasa anak-anak
c.       Memperhatikan daya kemampuan anak yang berdasarkan usia
Dalam bercerita ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam menerima isi dari pesan yang disampaikan, diataranya:
a.       Pendengar harus terlibat
b.      Cerita dapat dimengerti, dan
c.       Guru benar-benar memahami cerita yang disampaikan













DAFTAR PUSTAKA

Suyanto, Kasihani, 2008. English For Young Learners. Jakarta: Bumi Aksara, 2008..
Suharsono, 2005. Melejitkan IQ, IE, & IS. Depok: Inisiasi Press
Muhammad Fadillah dan Lilif Mualifatu Khorida. 2013. Pendidikan karakter Anak Usia Dini. .Yogjakarta: Ar-Ruzz Media
Bachtiar bachri, 2005. Pengembangan Kegiatan Bercerita, Teknik dan Prodesurnya. Jakarta: Depdikbud.
www.anisa paud.com



[1]  www.kamusbahasaindonesia.com... Diakses pada tgl 30 Maret 2015
[2] Suyanto, Kasihani, 2008. English For Young Learners. (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 72.
[3] Suharsono, Melejitkan IQ, IE, & IS. (Depok: Inisiasi Press, 2005), hal. 99.
[4]  Suharsono, Melejitkan IQ, IE, & IS. (Depok: Inisiasi Press, 2005), hal. 169-182.
[5] Muhammad Fadillah dan Lilif Mualifatu Khorida. Pendidikan karakter Anak Usia Dini. (Jogjakarta; Ar-Ruzz Media, 2013), hal. 6.
[6] www.anisa paud.com... diakes tgl 30 Maret 2015
[7] Bachtiar bachri, Pengembangan Kegiatan Bercerita, Teknik dan Prodesurnya, (Jakarta: Depdikbud, 2005), hal .10
[8] www.kakbima.wordpress.com... Diakses tgl 30 maret 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar