Minggu, 03 Mei 2015

URGENSI PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI



URGENSI PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI
Makalah ini Di Susun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
‘’Metode Pengembangan Sosial’’
Dosen Pengampu: Dwi Haryani, M.Pd.I

 





PROPOSAL SKRIPSI



Disusun
O
L
E
H:

Nama                 :
Nim                    :
Jurusan              : TARBIYAH
Program studi    : Pendidikan Guru Raudatul Atfal

PENDIDIKAN GURU RAUDATUL ATFAL (PGRA)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK
BANGKA BELITUNG
TAHUN 2014

I.         PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Perkembangan merupakan suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dengan bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan anak antara lain, menimbulkan perubahan, berkolerasi dengan pertumbuhan, memiliki tahap yang berurutan dan mempunyai pola yang tetap.
Perkembangan tersebut meliputi perkembangan Fisik, Intelektual, Bahasa, Sosial-Emosional. Seorang anak pada usia dini dari hari ke hari akan mengalami perkembangan, perkembangan tersebut berlangsung secara cepat dan sangat berpengaruh terhadap perkembangannya selanjutnya. Namun tentunya tiap anak tidak sama persis pencapaiannya, ada yang benar-benar cepat berkembang ada pula yang membutuhkan waktu agak lama. Tidak semua anak usia dini mengalami perkembangan secara normal, banyak kendala/permasalah di dalam perkembangannya yang di sebabkan oleh beberapa faktor. perkembangan sangat tergantung pada proses pelatihan dan pendidikan yang dilakukan sejak usia dini secara berkelanjutan hingga dewasa. Disini orang tua atau pendidik PAUD mengambil peranan yang penting dalam memupuk kecerdasan emosional anak usia dini.[1]
Perkembangan merupakan suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dengan bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.[2]
Pengembangan pada anak usia dini sangatlah penting untuk dikembangkan. Anak usia dini merupakan generasi penerus bangsa, yang sosial emosionalnya masih belum seimbang. Guru merupakan salah satu pendidik yang  mendidik anak usia dini supaya lebih mengenal sosial emosionalnya seperti apa. Sebagai pendidik, guru harus mengembangkannya secara holistik atau menyeluruh pada setiap tahapan-tahapan perkembangannya.


























II.      PEMBAHASAN

A.       Pengertian perkembangan diri anak usia dini
Berdasarkan teori pendidikan, perkembangan adalah bertambahnya kemampuan atau skill dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola teratur dan dapat diprediksi sebagai hasil dari pematangan. Seperti halnya perjalanan menuju proses pendewasaan, perkembangan ini sangat bersifat kualitatif, sistematis dan berkesinambungan.[3]
 Perkembangan dapat juga dikatakan sebagai suatu urutan-urutan perubahan yang bersifat sistematis, dalam arti saling kebergantungan atau saling mempengaruhi antara aspek-aspek fisik dan psikis dan merupakan satu kesatuan yang harmonis. Contoh,. anak diperkenalkan bagaimana cara memegang pensil, membuat huruf-huruf dan diberi latihan oleh orang tuanya. Kemampuan belajar menulis akan mudah dan cepat dikuasai anak apabila proses latihan diberikan pada saat otot-ototnya telah tumbuh dengan sempurna, dan saat untuk memahami bentuk huruf telah diperoleh.[4]
Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar yang menyangkut perubahan. adapun tujuan dari perkembangan itu sendiri yaitu aktualisasi diri atau pencapaian kemampuan bawaan. Berbagai perubahan ini diperngaruhi oleh kesadaran anak akan perubahan tersebut, dampak perubahan, sikap sosial perubahan serta sikap budaya.[5]
Jadi, berdasarkan pengertian diatas yang dimaksud dengan perkembangan yaitu suatu proses yang ditunjukkan dengan berbagai perubahan yang saling mempengaruhi unsur-unsur pertumbuhan pada tubuh ank usia dini.



B.       Aspek  perkembangan anak
Ada beberapa aspek perkembangan pada anak usia dini, diantaranya yaitu sebagai berikut:[6]
1.         Perkembangan fisik dan motorik
Ketika memasuki sekolah taman kanak-kanak, anak umumnya mencapai usia 4 tahun. Perkembangan fisik anak usia tersebut telah sangat pesat. Mereka telah dapat berdiri dengan satu kaki selama beberapa detik, dapat lari berjinggrak dengan satu kaki, mampu berekpriment dengan jari, tangan dan lengan, serta memunggut benda-benda dan memindahtangankan benda tersebut dengan mudah.
Perkembangan motorik adalah perkembangan unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Keterampilan motorik berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dan otot dan aktivitas seorang anak tejadi di bawah kontrol otak.[7]
2.         Perkembangan bahasa
Perkembangan bahasa pada anak tergantung pada keatangan sel korteks, dukungan lingkungan dan keterdidikan lingkungan. Beberapa hal yang penting dalam perkembangan bahasa adalah perkembangan persepsi, pengertian, adaptasi, imitasi dan ekpresi. Perkembangan bahasa anak meliputi fonologis, perkembangan kosa kata, perkembangan sematis atau makna kata, perkembangan sistaksis, dan perkembangan pragmatik.
3.         Perkembangan sosial
Pada usia 4 tahun anak mulai belajar mengenal lingkungan. Walaupun masih memiliki sudut pandang egosentris,  mereka mulai menunjukkan aktivitas yang kooperatif. Mereka dapat melakukan kegiatan bersama melalui cara-cara yang lebih dapat diterima daripada sebelumnya. Perkembangan sosial pada anak usia dini dimulai dari pendekatan dii pada orang lain disamping anggota keluarga.

4.         Perkembangan moral
Perkembangan moral pada anak usia dini menurut Jhon Dewey, berlangsung secara berangsur-angsur, tahap demi-tahap. Terdapat tiga tahap uatama dalam pertumbuhan ini, yaitu tahap amoral, konvensioanl, dan otonomi.

5.         Perkembangan kognisi
Perkembangan mental atau perkembangan kognisi merupakan proses-proses mental yang mencakup pemahaman tentang dunia, penemuan, pengetahuan, pembuatan perbandingan, berpikir dan mengerti.proses mental tersebut tidak lain adalah proses pengolahan informasi yang menjangkau kegiatan kognisi, intelengensi, belajar, pemecahan masalah dan pembentukan konsep.
Adapun pola perkembangan anak sangat berkaitan dengan aspek-aspek perkembangan anak diantaranya :
1.         Fisik
Perkembangan fisik (motorik) merupakan proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Setiap gerakan yang dilakukan anak merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Perkembangan fisik (motorik) meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik halus.
Perkembangan motorik kasar seperti Kemampuan anak untuk duduk, berlari, melompat, menangkap bola, dan menendang. Perkembangan motorik halus seperti Kemampuan memegang benda, menulis, menggunting, dan mengancingi baju.
2.         Sosial
Perkembangan ini berkaitan dengan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Misalnya, kemampuan anak untuk menyapa, berinteraksi dan bermain bersama teman-teman sebayanya.


3.         Emosional
Perkembangan pada pola ini meliputi kemampuan anak untuk merasakan dan memahami gejolak perasaan seperti mencintai, merasa nyaman, berani, gembira, takut, marah serta bentuk-bentuk emosi lainnya. Pada aspek ini, anak sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan orangtua dan orang-orang di sekitarnya.
4.         Intelektual
Mengacu pada perkembangan anak dalam berpikir seperti merencanakan sesuatu , menjalankan suatu strategi, dan mencari solusi
Perkembangan anak usia dini di pengaruhi oleh banyak faktor, antara lain keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental, terutama emosi dan intelegensi.
1.      Faktor Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama yang memberikan pengaruh berbagai aspek-aspek perkembangan sosial anak. Keluarga merupakan media sosialisasi yang paling efektif bagi anak. Dalam keluarga berlaku nilai dan norma kehidupan yang harus di ikuti dan di patuhi oleh anak. Sikap orang tua yang terlalu mengekang dan membatasi pergaulan akan berpengaruh terhadap perkembangan sosial bagi anak-anaknya. Sebaliknya, sikap orang tua yang terlalu memberikan kebebasan bergaul menyebabkan perkembangan sosial anak-anaknya cenderung tidak terkendali.
2.      Kematangan
Proses sosialisasi tentu saja memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk memberi dan menerima pandangan atau pendapat orang lain di perlukan kematangan intelektual dan emasional. Selain itu,  kematangan mental dan kemampuan berbahasa ikut pula menentukan keberhasilan seseorang dalam berhubungan sosial.
3.      Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial di pengaruhi pula  oleh kondisi atau status sosial ekonomi keluarga. Masyarakat akan memandang  seorang anakdalam konteksnya yang utuh dengan keluarga anak itu. Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan memperlihatkan normatif yang telah di tanamkan oleh keluarganya. Hal itu akan mengakibatkan anak menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Kondisi demikian dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi terisolasi dari kelompoknya. Akibat lain, anak-anak dari keluarga kaya akan membentuk kelompok elit dengan nilai dan norma sendiri.
4.      Pendidikan
Pendidikan merupakan media sosialisasi yang terarah bagi anak. Sebagai proses pengoperan ilmu yang normatif, pendidikan akan memberi warna terhadap kehidupan sosial anak  di masa yang akan datang. Pendidikan moral di ajarkan secara terprogram dengan tujuanuntuk membentuk kepribadian anak agar mereka memiliki tanggung jawab sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangasa, dan bernegara. Oleh karena itu, siswa  bukan hanya di kenalkan dan ditanamkan nilai dan norma keluarga dan masyarakat, tetapi juga nilai dan norma kehidupan bangsa dan negara.
5.      Kapasitas Mental: Emosi dan Inteligensi
Kapasitas emosi dan cara berpikir mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, berbahasa, dan menyesuaikan diri terhadap kehidupan di masyarakat. Perkembangan emosi dan inteligensi berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi dan memiliki emosi yang stabil akan mampu memecahkan berbagai macam permasalahan hidupnya di masyarakat. Oleh karena itu, kemampuan intelektual tinggi, pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan perkembangan sosial anak. Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan mudah di capai oleh remaja berkemampuan intelektual tinggi.[8]
Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam pengembangan terhadap anak usia dini, diantaranya sebagai berikut:[9]
1.         Metode bercakap-cakap
2.         Metode Tanya jawab.
3.         Metode bercerita
4.         Metode pemberian tugas
5.         Metode karya wisata
6.         Metode demonstrasi
7.         Metode sosiodrama.
8.         Metode bermain peran
9.         Metode eksperimen.
10.     Metode proyek

C.       Karakteristik pengembangan anak usia dini
Ada beberapa karakteristik Umum atau sifat-sifat Anak Usia Dini, sebagai berikut:[10]
1.         Unik, artinya sifat anak itu berbeda satu sama lainnya.
2.         Egosentris, artinya anak lebih cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri.
3.         Aktif dan energik, artinya anak lazimnya senang melakukan aktivitas.
4.         Rasa inigin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal
5.         Eksploratif dan berpetualang, maksudnya terdorong oleh rasa ingin tahu yang kuat, anak lazimnya menjelajah, mencoba dan mempelajari hal-hal baru.
6.         Spontan, artinya perilaku yang ditampilkan anak umumnya relatif asli dan tidak ditutup-tutupi sehingga merefleksikan apa yang ada dalam perasaan dan pikirannya.
7.         Senang dan kaya dengan fantasi, artinya anak senang dengan hal-hal yang imajinatif.
8.         Masih muda frustasi.
9.         Masih kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu.
10.     Daya perhatian yang pendek
11.     Bergairah untuk belajar dan banyak belajar dari pengalaman
12.     Semakin menunjukkan minat terhadap teman.
Untuk mengetahui secara lebih lanjut tentang karakteristik perkembangan sosial anak usia dini, pemerintah telah mengelompokkan anak usia dini dengan tahapan dan rentan waktu berikut ini, diantaranya:[11]
1.         Tahap usia 0-2 Tahun, yang terbagi menjadi beberapa perkembangan diantaranya:
a.         0-3 bulan
Pada usia 0-3 bulan, anak menjalin hubungan dengan orang lain dengan tangisannya, ekpresi wajah, dan gerak badan. Tidak dengan perkataan. Itulah sebabnya, orangtua harus aktif belajar tentang arti tangisan, ekpresi wajah, dan bahasa tubuh anaknya.
b.        4-6 bulan
Pada usia 4-6 bulan, kemampuan menjalin hubungan pada bayi akan berkembang seiring dengan kebutuhannya untuk bertemu orang lain dengan lebih sering. Pada usia ini, bayi akan lebih menyadari keberadaan orang lain termasuk orang asing disekitarnya.
c.         7-9 bulan
Jika pada usia 4-6 bulan, anak terlihat diam saja jika ada orang asing didekatnya, maka pada usia 7-9 bulan ia mulai menunjukkan perubahan. di usia ini bayi akan menunjukkan sikap menarik perhatian orang lain mesko ia belum mampu berbicara dengan jelas. Ia akan mengoceh dengan keras jika ada orang yang mengajaknya berbicara.
d.        10-12 bulan
Ketertarikan cukup besar dalam berhubungan dengan orang lain akan terjadi pada usia 10-12 bulan. Pada usia ini bayi akan menjalin hubungan yang penuh antusias dengan orangtuanya atau pengasuhnya, dan sebaliknya ia akan menjado pribadi dan pendiam dan pasid dalam berhubungan dengan orang asing baginya.

e.         13-18 bulan
Pada usia 13-18 bulan ini, bayi juga akan menunjukkan kemampuan hubungan sosialnya setelah melalui tahap permainan solitari play. Pada tahap ini, anak-anak akan bermain dengan teman-temannya. Akan tetapi, sibuk bermain dengan mainannya sendiri.
f.          19-24 bulan
Pada usia 19-24 bulan, bayi mulai mengembangkan kemampuan untuk membantah apa yang sudah ditetapkan. Ia menginginkan agar kemauannya dituruti dan disetujui. Pada sisi yang lain, kepercayaan dirinya juga berkembang lebih pesat, walau ia masih sering menangis jika tidak berhasil melakukan suatu kegiatan.
2.         Tahap usia 2-4 Tahun, yang terbagi menjadi beberapa perkembangan, diantaranya:
                            a.          2-3 tahun
Pada usia 2-3 tahun, anak mulai menjalin hubungan pertemanan. Dalam hubungan pertemanan tersebut, anak ingin disukai oleh teman-temannya. Anak ingin bisa bermain dengan sebanyak mungkin teman. Anak mulai memahami bahwa fungsi pertemanan adalah berbagi, memberi dukungan, bergantian, dan berbagai keterampilan sosial lainnya.
                           b.          3-4 tahun
Pada usia 3-4 tahun hubungan mulai meningkat, peningkatan tersebut terjadi seiring dengan berkembangnya aspek moralitas pada anak. Anak mulai mengenali mana yang benar dan mana yang tidak benar. Anak mulai memahami tentang berbohong dan mengapa ia tidak boleh berbohong, serta memahami tentang kesalahan (mengapa berbuat salah dan apa yang harus dilakukan untuk kesalahannya). Perkembangan aspek moralitas tesebut juga menjadikan anak-anak dapat bermain bersama dengan teman-temannya (bermain kooperatif).
3.         Tahap usia 4-6 tahun, yang terbagi menjadi beberapa perkembangan, diantaranya:
a.         4-5 tahun
Pola pertemanan dan hubungan anak sudah lebih stabil pada usia 4-5 tahun. Hal itu disebabkan anak sudah memahami adanya aturan, bahkan tidak hanya ketika bermain dilingkungan sekolah, tetapi juga dalam prilaku di rumahnya. Itulah sebabnya, anak ingin agar prilakunya dapat diterima oleh orangtuanya dan teman-temannya.
b.        5-6 tahun.
Pada masa 5-6 tahun telah terjadi peningkatan kemampuan perkembangan sosial. Faktor penambahan usia menjadi slah satu penyebabnya. Dengan pertambahan usia tersebut anak-anak menjadi lebih banyak bermain dan bercakap-cakap dengan anak lainnya, khususnya dengan teman-temannya.
Pendidikan anak usia dini, khususnya untuk anak-anak taman kanak-kanak, harus memperhatikan beberapa prinsip pendidikan, antara lain sebagai berikut:[12]
1.         TK merupakan salah satu bentuk awal pendidikan sekolah. Untuk itu, TK menciptakan situasi pendidikan yang dapat memberikan rasa aman dan menyenangkan
2.         Masing-masing anak pelru memperoleh perhatian yang bersifat individual, sesuai dengan kebutuhan anak-anak TK
3.         Perkembangan adalah hasil proses belajar dan proses kematangan
4.         Kegiatan belajar di TK adalah pembentukan prilaku melalui pembiasaan yang terwujud dalam kegiatan sehari-hari.
5.         Sifat kegiatan belajar di TK Merupakan pengembangan kemampuan yang telah diperoleh di rumah.
6.         Bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan anak.

D.      Urgensi pengembangan pada anak usia dini
Apa yang menjadikan pengembangan pada anak usia dini itu penting? Tentunya kita semua tahu bahwa anak usia dini juga sama seperti orang dewasa. Mereka memiliki keinginan untuk menjalin relasi dengan orang lain untuk memenuhi keinginan ataupun tujuan. Bahkan, anak usia dini juga apat belajar dengan optimal.[13]
Usia dini merupakan suatu peroide yang penting bagi pembentukan otak, intelegensi, kepribadian, memori, dan aspek perkembangan yang lainnya. Kegagalan pertumbuhan pada masa ini dapat mengakibatkan kegagalan pada masa sesudahnya.[14]
Usia dini merupakan the golden age yang hanya datang sekali seumur hidup dan tidak dapat diulang. Pada masa ini anak-anak berada pada priode  sensitif yang mudah menerima berbagai stimulasi dari lingkungannya. Itulah sebabnya, pengembangan pada anak usia dini merupakan hal yang sangat penting karena sangat berpengaruh terhadap kehidupan kelak. Untuk itu pengembangan pada anak usia dini sangat dibutuhkan.
Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam mengembangkan pendidikan anak usia dini yaitu kemampuan sebagai sorang pendengar yang baik bagi guru dan orang dewasa.[15] Prinsip pembelajaran anak usia dini sejatinya bersifat kolaboratif yang tidak hanya menitikberatkan pengembangan pada satu aspek, akan tetapi berorientasi pada pengembangan seluruh aspek perkembangan anak. Konsekuensinya dalam proses pembelajaran, guru seyogianya memberikan kebebasan kepada anak dalam melakukan aktivitas belajar dan menstimulasi anak untuk mengembangkan salah satu atau beberapa kecerdasan tertentu supaya lebih cakap dan terampil.
Salah satu kegiatan yang memiliki peranan penting dalam kegiatan pendidikan anak usia dini adalah kegiatan penilaian perkembangan. Kegiatan penilaian perkembangan anak merupakan usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan serta perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui kegiatan pembelajaran. Artinya penilaian perkembangan anak memberikan konstribusi kepada guru dalam mengidentifikasi selain perkembangan juga permasalahan yang dihadapi anaka agar dapat dipertimbangkan keputusan yang tepat pada proses selanjutnya. Pada sisi yang lain, kegiatan penilaian perkembangan anak dapat dijadikan sebagai salah satu cara membantu guru dalam memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil belajar anak secara berkesinambungan sehingga dapat memberikan umpan balik bagi guru dalam menyempurnakan proses pembelajaran. Terdapat dua bidang sasaran penilaian perkembangan anak yaitu pertama, bidang pengembangan perilaku meliputi nilai-nilai agama, moral, sosio-emosional dan kemandirian serta kedua, bidang pengembangan kemampuan dasar meliputi kemampuan berbahasa, kognitif, fisik-motorik dan seni.[16]


III.   PENUTUP

A.       Kesimpulan
Salah satu kegiatan yang memiliki peranan penting dalam kegiatan pendidikan anak usia dini adalah kegiatan penilaian perkembangan. Kegiatan penilaian perkembangan anak merupakan usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan serta perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui kegiatan pembelajaran
Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar yang menyangkut perubahan. adapun tujuan dari perkembangan itu sendiri yaitu aktualisasi diri atau pencapaian kemampuan bawaan. Berbagai perubahan ini diperngaruhi oleh kesadaran anak akan perubahan tersebut, dampak perubahan, sikap sosial perubahan serta sikap budaya.
Perkembangan tersebut meliputi perkembangan Fisik, Intelektual, Bahasa, Sosial-Emosional. Seorang anak pada usia dini dari hari ke hari akan mengalami perkembangan, perkembangan tersebut berlangsung secara cepat dan sangat berpengaruh terhadap perkembangannya selanjutnya.













DAFTAR PUSTAKA

Ardy Wiyani, Novan. 2014. Mengelola dan Mengembangkan Kecerdasan Sosial dan Emosi Ana Usia Dini: Panduan bagi Orangtua dan Pendidik PAUD. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
 Diana, Ria. 2015. Karakteristik Perkembangan Sosial Anak Usia Dini. STAIN SAS Babel
Itadz, 2008. Memilih,  Menyusun dan Menyajikan Cerita untuk  Anak Usia Dini. Yogyakarta: Tiara Wacana,
Sujiono, Bambang,  el. tc. 2010. Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka,
Putra, Nusa dan Ninin Dwilestari, 2012. Penelitian Kualitatif  PAUD Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Raja Grafindo.




[1] Novan Ardy Wiyani, Mengelola dan Mengembangkan Kecerdasan Sosial dan Emosi Anak Usia Dini: Panduan bagi Orangtua dan Pendidik PAUD. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hal.105.
[2] Makalah, Ria Diana, Karakteristik Perkembangan Sosial Anak Usia Dini. STAIN SAS Babel, 2015, hal. 2.
[3] www.teoripendidikan.com. Diakes 20 April 2015
[4] Novan Ardy Wiyani, Mengelola dan Mengembangkan..., hal. 19.
[5] Itadz, Memilih,  Menyusun dan Menyajikan Cerita untuk  Anak Usia Dini. (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008), hal. 3
[6] Ibid., hal.5-14.
[7] Bambang Sujiono, dkk. Metode Pengembangan Fisik. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2010), hal. 1.9.
[8] Ria Diana, Karakteristik Perkembangan Sosial Anak Usia Dini. STAIN SAS Babel, 2015, hal. 5.
[9] http://iznanew.blogspot.com, diakses 27 April 2015
[10]  Ria Diana, Karakteristik Perkembangan..., hal. 7.
[11] Novan Ardy Wiyani, Mengelola dan Mengembangkan Kecerdasan Sosial dan Emosi Anak Usia Dini: Panduan bagi Orangtua dan Pendidik PAUD. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hal. 29-40.
[12] Itadz, Memilih,  Menyusun dan Menyajikan..., hal. 16.
[13]  Novan Ardy Wiyani, Mengelola dan Mengembangkan..., hal. 96.
[14] Itadz, Memilih,  Menyusun dan Menyajikan ..., hal. 2
[15]  Nusa Putra dan Ninin Dwilestari, Penelitian Kualitatif  PAUD Pendidikan Anak Usia Dini.( Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2012), hal. 41.
[16] http://edukasi.kompasiana.com, diakses 27 April 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar