URGENSI PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI
Makalah ini Di Susun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah
‘’Metode Pengembangan Sosial’’
Dosen Pengampu: Dwi Haryani, M.Pd.I
PROPOSAL SKRIPSI
Disusun
O
L
E
H:
Nama :
Nim :
Jurusan : TARBIYAH
Program studi : Pendidikan Guru Raudatul Atfal
PENDIDIKAN GURU RAUDATUL ATFAL (PGRA)
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SYAIKH
ABDURRAHMAN SIDDIK
BANGKA
BELITUNG
TAHUN 2014
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan merupakan suatu perubahan yang
berlangsung seumur hidup dengan bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa
serta sosialisasi dan kemandirian. Ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan anak
antara lain, menimbulkan perubahan, berkolerasi dengan pertumbuhan, memiliki
tahap yang berurutan dan mempunyai pola yang tetap.
Perkembangan tersebut meliputi perkembangan
Fisik, Intelektual, Bahasa, Sosial-Emosional. Seorang anak pada usia dini dari
hari ke hari akan mengalami perkembangan, perkembangan tersebut berlangsung
secara cepat dan sangat berpengaruh terhadap perkembangannya selanjutnya. Namun
tentunya tiap anak tidak sama persis pencapaiannya, ada yang benar-benar cepat
berkembang ada pula yang membutuhkan waktu agak lama. Tidak semua anak usia
dini mengalami perkembangan secara normal, banyak kendala/permasalah di dalam perkembangannya
yang di sebabkan oleh beberapa faktor. perkembangan
sangat tergantung pada proses pelatihan dan pendidikan yang dilakukan sejak
usia dini secara berkelanjutan hingga dewasa. Disini orang tua atau pendidik
PAUD mengambil peranan yang penting dalam memupuk kecerdasan emosional anak
usia dini.[1]
Perkembangan merupakan suatu perubahan yang
berlangsung seumur hidup dengan bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa
serta sosialisasi dan kemandirian.[2]
Pengembangan pada anak usia dini sangatlah
penting untuk dikembangkan. Anak usia dini merupakan generasi penerus bangsa,
yang sosial emosionalnya masih belum seimbang. Guru merupakan salah satu
pendidik yang mendidik anak usia dini
supaya lebih mengenal sosial emosionalnya seperti apa. Sebagai pendidik, guru
harus mengembangkannya secara holistik atau menyeluruh pada setiap
tahapan-tahapan perkembangannya.
II.
PEMBAHASAN
A. Pengertian perkembangan
diri anak usia dini
Berdasarkan
teori pendidikan, perkembangan adalah bertambahnya kemampuan atau skill dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola teratur dan dapat
diprediksi sebagai hasil dari pematangan. Seperti halnya perjalanan menuju proses
pendewasaan, perkembangan ini sangat bersifat kualitatif, sistematis dan
berkesinambungan.[3]
Perkembangan dapat juga dikatakan sebagai
suatu urutan-urutan perubahan yang bersifat sistematis, dalam arti saling
kebergantungan atau saling mempengaruhi antara aspek-aspek fisik dan psikis dan
merupakan satu kesatuan yang harmonis. Contoh,. anak diperkenalkan bagaimana
cara memegang pensil, membuat huruf-huruf dan diberi latihan oleh orang tuanya.
Kemampuan belajar menulis akan mudah dan cepat dikuasai anak apabila proses
latihan diberikan pada saat otot-ototnya telah tumbuh dengan sempurna, dan saat
untuk memahami bentuk huruf telah diperoleh.[4]
Perkembangan
merupakan hasil proses kematangan dan belajar yang menyangkut perubahan. adapun
tujuan dari perkembangan itu sendiri yaitu aktualisasi diri atau pencapaian
kemampuan bawaan. Berbagai perubahan ini diperngaruhi oleh kesadaran anak akan
perubahan tersebut, dampak perubahan, sikap sosial perubahan serta sikap
budaya.[5]
Jadi,
berdasarkan pengertian diatas yang dimaksud dengan perkembangan yaitu suatu
proses yang ditunjukkan dengan berbagai perubahan yang saling mempengaruhi
unsur-unsur pertumbuhan pada tubuh ank usia dini.
B.
Aspek
perkembangan anak
Ada beberapa aspek perkembangan pada anak usia dini, diantaranya yaitu
sebagai berikut:[6]
1.
Perkembangan fisik
dan motorik
Ketika memasuki sekolah taman kanak-kanak, anak umumnya mencapai usia 4
tahun. Perkembangan fisik anak usia tersebut telah sangat pesat. Mereka telah
dapat berdiri dengan satu kaki selama beberapa detik, dapat lari berjinggrak
dengan satu kaki, mampu berekpriment dengan jari, tangan dan lengan, serta
memunggut benda-benda dan memindahtangankan benda tersebut dengan mudah.
Perkembangan motorik adalah perkembangan unsur kematangan dan pengendalian
gerak tubuh. Keterampilan motorik berkembang sejalan dengan kematangan syaraf
dan otot dan aktivitas seorang anak tejadi di bawah kontrol otak.[7]
2.
Perkembangan bahasa
Perkembangan bahasa pada anak tergantung pada keatangan sel korteks,
dukungan lingkungan dan keterdidikan lingkungan. Beberapa hal yang penting
dalam perkembangan bahasa adalah perkembangan persepsi, pengertian, adaptasi,
imitasi dan ekpresi. Perkembangan bahasa anak meliputi fonologis, perkembangan
kosa kata, perkembangan sematis atau makna kata, perkembangan sistaksis, dan
perkembangan pragmatik.
3.
Perkembangan sosial
Pada usia 4 tahun anak mulai belajar mengenal lingkungan. Walaupun masih
memiliki sudut pandang egosentris,
mereka mulai menunjukkan aktivitas yang kooperatif. Mereka dapat melakukan
kegiatan bersama melalui cara-cara yang lebih dapat diterima daripada
sebelumnya. Perkembangan sosial pada anak usia dini dimulai dari pendekatan dii
pada orang lain disamping anggota keluarga.
4.
Perkembangan moral
Perkembangan moral pada anak usia dini menurut Jhon Dewey, berlangsung
secara berangsur-angsur, tahap demi-tahap. Terdapat tiga tahap uatama dalam
pertumbuhan ini, yaitu tahap amoral, konvensioanl, dan otonomi.
5.
Perkembangan kognisi
Perkembangan mental atau perkembangan kognisi merupakan proses-proses
mental yang mencakup pemahaman tentang dunia, penemuan, pengetahuan, pembuatan
perbandingan, berpikir dan mengerti.proses mental tersebut tidak lain adalah
proses pengolahan informasi yang menjangkau kegiatan kognisi, intelengensi,
belajar, pemecahan masalah dan pembentukan konsep.
Adapun pola perkembangan anak sangat berkaitan dengan aspek-aspek
perkembangan anak diantaranya :
1.
Fisik
Perkembangan fisik
(motorik) merupakan proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Setiap
gerakan yang dilakukan anak merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari
berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Perkembangan
fisik (motorik) meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik halus.
Perkembangan motorik
kasar seperti Kemampuan anak untuk duduk, berlari, melompat, menangkap bola,
dan menendang. Perkembangan motorik halus seperti Kemampuan memegang benda,
menulis, menggunting, dan mengancingi baju.
2.
Sosial
Perkembangan ini berkaitan dengan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan
lingkungannya. Misalnya, kemampuan anak untuk menyapa, berinteraksi dan bermain
bersama teman-teman sebayanya.
3.
Emosional
Perkembangan pada pola ini meliputi kemampuan anak untuk merasakan dan
memahami gejolak perasaan seperti mencintai, merasa nyaman, berani, gembira,
takut, marah serta bentuk-bentuk emosi lainnya. Pada aspek ini, anak sangat
dipengaruhi oleh interaksi dengan orangtua dan orang-orang di sekitarnya.
4.
Intelektual
Mengacu pada perkembangan anak dalam berpikir seperti merencanakan sesuatu
, menjalankan suatu strategi, dan mencari solusi
Perkembangan anak
usia dini di pengaruhi oleh banyak faktor, antara lain keluarga, tingkat
pendidikan, dan kemampuan mental, terutama emosi dan intelegensi.
1.
Faktor Keluarga
Keluarga merupakan
lingkungan yang pertama dan utama yang memberikan pengaruh berbagai aspek-aspek
perkembangan sosial anak. Keluarga merupakan media sosialisasi yang paling
efektif bagi anak. Dalam keluarga berlaku nilai dan norma kehidupan yang harus
di ikuti dan di patuhi oleh anak. Sikap orang tua yang terlalu mengekang dan
membatasi pergaulan akan berpengaruh terhadap perkembangan sosial bagi
anak-anaknya. Sebaliknya, sikap orang tua yang terlalu memberikan kebebasan
bergaul menyebabkan perkembangan sosial anak-anaknya cenderung tidak
terkendali.
2.
Kematangan
Proses sosialisasi
tentu saja memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk memberi dan menerima
pandangan atau pendapat orang lain di perlukan kematangan intelektual dan
emasional. Selain itu, kematangan mental dan kemampuan berbahasa ikut
pula menentukan keberhasilan seseorang dalam berhubungan sosial.
3.
Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial di
pengaruhi pula oleh kondisi atau status sosial ekonomi keluarga.
Masyarakat akan memandang seorang anakdalam konteksnya yang utuh dengan
keluarga anak itu. Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan memperlihatkan
normatif yang telah di tanamkan oleh keluarganya. Hal itu akan mengakibatkan
anak menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Kondisi
demikian dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi terisolasi dari
kelompoknya. Akibat lain, anak-anak dari keluarga kaya akan membentuk kelompok
elit dengan nilai dan norma sendiri.
4.
Pendidikan
Pendidikan merupakan
media sosialisasi yang terarah bagi anak. Sebagai proses pengoperan ilmu yang
normatif, pendidikan akan memberi warna terhadap kehidupan sosial anak di
masa yang akan datang. Pendidikan moral di ajarkan secara terprogram dengan
tujuanuntuk membentuk kepribadian anak agar mereka memiliki tanggung jawab
sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangasa, dan bernegara. Oleh karena
itu, siswa bukan hanya di kenalkan dan ditanamkan nilai dan norma
keluarga dan masyarakat, tetapi juga nilai dan norma kehidupan bangsa dan
negara.
5.
Kapasitas Mental:
Emosi dan Inteligensi
Kapasitas emosi dan
cara berpikir mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan
masalah, berbahasa, dan menyesuaikan diri terhadap kehidupan di masyarakat.
Perkembangan emosi dan inteligensi berpengaruh terhadap perkembangan sosial
anak. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi dan memiliki emosi yang stabil
akan mampu memecahkan berbagai macam permasalahan hidupnya di masyarakat. Oleh
karena itu, kemampuan intelektual tinggi, pengendalian emosional secara
seimbang sangat menentukan keberhasilan perkembangan sosial anak. Sikap saling
pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam
kehidupan sosial dan hal ini akan mudah di capai oleh remaja berkemampuan
intelektual tinggi.[8]
Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam pengembangan terhadap anak
usia dini, diantaranya sebagai berikut:[9]
1.
Metode
bercakap-cakap
2.
Metode Tanya
jawab.
3.
Metode
bercerita
4.
Metode
pemberian tugas
5.
Metode karya
wisata
6.
Metode
demonstrasi
7.
Metode
sosiodrama.
8.
Metode bermain
peran
9.
Metode
eksperimen.
10. Metode proyek
C. Karakteristik
pengembangan anak usia dini
Ada beberapa
karakteristik Umum atau sifat-sifat Anak Usia Dini, sebagai berikut:[10]
1.
Unik, artinya sifat
anak itu berbeda satu sama lainnya.
2.
Egosentris, artinya anak lebih cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut
pandang dan kepentingannya sendiri.
3.
Aktif dan energik,
artinya anak lazimnya senang melakukan aktivitas.
4.
Rasa inigin tahu yang
kuat dan antusias terhadap banyak hal
5.
Eksploratif dan berpetualang, maksudnya terdorong oleh rasa ingin tahu yang kuat, anak
lazimnya menjelajah, mencoba dan mempelajari hal-hal baru.
6.
Spontan, artinya
perilaku yang ditampilkan anak umumnya relatif asli dan tidak ditutup-tutupi
sehingga merefleksikan apa yang ada dalam perasaan dan pikirannya.
7.
Senang dan kaya
dengan fantasi, artinya anak senang dengan hal-hal yang imajinatif.
8.
Masih muda frustasi.
9.
Masih kurang
pertimbangan dalam melakukan sesuatu.
10.
Daya perhatian yang
pendek
11.
Bergairah untuk
belajar dan banyak belajar dari pengalaman
12.
Semakin menunjukkan
minat terhadap teman.
Untuk mengetahui
secara lebih lanjut tentang karakteristik perkembangan sosial anak usia dini,
pemerintah telah mengelompokkan anak usia dini dengan tahapan dan rentan waktu
berikut ini, diantaranya:[11]
1.
Tahap usia 0-2 Tahun,
yang terbagi menjadi beberapa perkembangan diantaranya:
a.
0-3 bulan
Pada usia 0-3 bulan, anak menjalin hubungan dengan orang lain dengan
tangisannya, ekpresi wajah, dan gerak badan. Tidak dengan perkataan. Itulah
sebabnya, orangtua harus aktif belajar tentang arti tangisan, ekpresi wajah,
dan bahasa tubuh anaknya.
b.
4-6 bulan
Pada usia 4-6 bulan, kemampuan menjalin hubungan pada bayi akan berkembang
seiring dengan kebutuhannya untuk bertemu orang lain dengan lebih sering. Pada
usia ini, bayi akan lebih menyadari keberadaan orang lain termasuk orang asing
disekitarnya.
c.
7-9 bulan
Jika pada usia 4-6 bulan, anak terlihat diam saja jika ada orang asing
didekatnya, maka pada usia 7-9 bulan ia mulai menunjukkan perubahan. di usia
ini bayi akan menunjukkan sikap menarik perhatian orang lain mesko ia belum
mampu berbicara dengan jelas. Ia akan mengoceh dengan keras jika ada orang yang
mengajaknya berbicara.
d.
10-12 bulan
Ketertarikan cukup besar dalam berhubungan dengan orang lain akan terjadi
pada usia 10-12 bulan. Pada usia ini bayi akan menjalin hubungan yang penuh
antusias dengan orangtuanya atau pengasuhnya, dan sebaliknya ia akan menjado
pribadi dan pendiam dan pasid dalam berhubungan dengan orang asing baginya.
e.
13-18 bulan
Pada usia 13-18 bulan ini, bayi juga akan menunjukkan kemampuan hubungan
sosialnya setelah melalui tahap permainan solitari play. Pada tahap ini,
anak-anak akan bermain dengan teman-temannya. Akan tetapi, sibuk bermain dengan
mainannya sendiri.
f.
19-24 bulan
Pada usia 19-24 bulan, bayi mulai mengembangkan kemampuan untuk membantah
apa yang sudah ditetapkan. Ia menginginkan agar kemauannya dituruti dan
disetujui. Pada sisi yang lain, kepercayaan dirinya juga berkembang lebih
pesat, walau ia masih sering menangis jika tidak berhasil melakukan suatu
kegiatan.
2.
Tahap usia 2-4 Tahun,
yang terbagi menjadi beberapa perkembangan, diantaranya:
a.
2-3 tahun
Pada usia 2-3 tahun, anak mulai menjalin hubungan pertemanan. Dalam
hubungan pertemanan tersebut, anak ingin disukai oleh teman-temannya. Anak
ingin bisa bermain dengan sebanyak mungkin teman. Anak mulai memahami bahwa
fungsi pertemanan adalah berbagi, memberi dukungan, bergantian, dan berbagai
keterampilan sosial lainnya.
b.
3-4 tahun
Pada usia 3-4 tahun hubungan mulai meningkat, peningkatan tersebut terjadi
seiring dengan berkembangnya aspek moralitas pada anak. Anak mulai mengenali
mana yang benar dan mana yang tidak benar. Anak mulai memahami tentang
berbohong dan mengapa ia tidak boleh berbohong, serta memahami tentang
kesalahan (mengapa berbuat salah dan apa yang harus dilakukan untuk
kesalahannya). Perkembangan aspek moralitas tesebut juga menjadikan anak-anak
dapat bermain bersama dengan teman-temannya (bermain kooperatif).
3.
Tahap usia 4-6 tahun,
yang terbagi menjadi beberapa perkembangan, diantaranya:
a.
4-5 tahun
Pola pertemanan dan hubungan anak sudah lebih stabil pada usia 4-5 tahun.
Hal itu disebabkan anak sudah memahami adanya aturan, bahkan tidak hanya ketika
bermain dilingkungan sekolah, tetapi juga dalam prilaku di rumahnya. Itulah
sebabnya, anak ingin agar prilakunya dapat diterima oleh orangtuanya dan
teman-temannya.
b.
5-6 tahun.
Pada masa 5-6 tahun telah terjadi peningkatan kemampuan perkembangan
sosial. Faktor penambahan usia menjadi slah satu penyebabnya. Dengan
pertambahan usia tersebut anak-anak menjadi lebih banyak bermain dan
bercakap-cakap dengan anak lainnya, khususnya dengan teman-temannya.
Pendidikan anak usia
dini, khususnya untuk anak-anak taman kanak-kanak, harus memperhatikan beberapa
prinsip pendidikan, antara lain sebagai berikut:[12]
1.
TK merupakan salah
satu bentuk awal pendidikan sekolah. Untuk itu, TK menciptakan situasi
pendidikan yang dapat memberikan rasa aman dan menyenangkan
2.
Masing-masing anak
pelru memperoleh perhatian yang bersifat individual, sesuai dengan kebutuhan
anak-anak TK
3.
Perkembangan adalah
hasil proses belajar dan proses kematangan
4.
Kegiatan belajar di
TK adalah pembentukan prilaku melalui pembiasaan yang terwujud dalam kegiatan sehari-hari.
5.
Sifat kegiatan
belajar di TK Merupakan pengembangan kemampuan yang telah diperoleh di rumah.
6.
Bermain merupakan
cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan anak.
D.
Urgensi pengembangan pada anak usia dini
Apa yang menjadikan
pengembangan pada anak usia dini itu penting? Tentunya kita semua tahu bahwa
anak usia dini juga sama seperti orang dewasa. Mereka memiliki keinginan untuk
menjalin relasi dengan orang lain untuk memenuhi keinginan ataupun tujuan.
Bahkan, anak usia dini juga apat belajar dengan optimal.[13]
Usia dini merupakan suatu peroide yang penting bagi pembentukan otak,
intelegensi, kepribadian, memori, dan aspek perkembangan yang lainnya.
Kegagalan pertumbuhan pada masa ini dapat mengakibatkan kegagalan pada masa
sesudahnya.[14]
Usia dini merupakan
the golden age yang hanya datang sekali seumur hidup dan tidak dapat
diulang. Pada masa ini anak-anak berada pada priode sensitif yang mudah menerima berbagai
stimulasi dari lingkungannya. Itulah sebabnya, pengembangan pada anak usia dini
merupakan hal yang sangat penting karena sangat berpengaruh terhadap kehidupan
kelak. Untuk itu pengembangan pada anak usia dini sangat dibutuhkan.
Ada beberapa hal
penting yang harus diperhatikan dalam mengembangkan pendidikan anak usia dini
yaitu kemampuan sebagai sorang pendengar yang baik bagi guru dan orang dewasa.[15]
Prinsip pembelajaran anak usia dini sejatinya
bersifat kolaboratif yang tidak hanya menitikberatkan pengembangan pada satu
aspek, akan tetapi berorientasi pada pengembangan seluruh aspek perkembangan
anak. Konsekuensinya dalam proses pembelajaran, guru seyogianya memberikan
kebebasan kepada anak dalam melakukan aktivitas belajar dan menstimulasi anak
untuk mengembangkan salah satu atau beberapa kecerdasan tertentu supaya lebih
cakap dan terampil.
Salah satu kegiatan yang memiliki
peranan penting dalam kegiatan pendidikan anak usia dini adalah kegiatan
penilaian perkembangan. Kegiatan penilaian perkembangan anak merupakan usaha
mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala,
berkelanjutan, menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan serta
perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui kegiatan pembelajaran.
Artinya penilaian perkembangan anak memberikan konstribusi kepada guru dalam
mengidentifikasi selain perkembangan juga permasalahan yang dihadapi anaka agar
dapat dipertimbangkan keputusan yang tepat pada proses selanjutnya. Pada sisi
yang lain, kegiatan penilaian perkembangan anak dapat dijadikan sebagai salah
satu cara membantu guru dalam memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil
belajar anak secara berkesinambungan sehingga dapat memberikan umpan balik bagi
guru dalam menyempurnakan proses pembelajaran. Terdapat dua bidang sasaran
penilaian perkembangan anak yaitu pertama, bidang pengembangan perilaku
meliputi nilai-nilai agama, moral, sosio-emosional dan kemandirian serta kedua,
bidang pengembangan kemampuan dasar meliputi kemampuan berbahasa, kognitif,
fisik-motorik dan seni.[16]
III. PENUTUP
A.
Kesimpulan
Salah satu kegiatan yang memiliki peranan penting dalam kegiatan
pendidikan anak usia dini adalah kegiatan penilaian perkembangan. Kegiatan
penilaian perkembangan anak merupakan usaha mengumpulkan dan menafsirkan
berbagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang
proses dan hasil dari pertumbuhan serta perkembangan yang telah dicapai oleh
anak didik melalui kegiatan pembelajaran
Perkembangan merupakan hasil proses
kematangan dan belajar yang menyangkut perubahan. adapun tujuan dari
perkembangan itu sendiri yaitu aktualisasi diri atau pencapaian kemampuan
bawaan. Berbagai perubahan ini diperngaruhi oleh kesadaran anak akan perubahan
tersebut, dampak perubahan, sikap sosial perubahan serta sikap budaya.
Perkembangan tersebut meliputi perkembangan
Fisik, Intelektual, Bahasa, Sosial-Emosional. Seorang anak pada usia dini dari
hari ke hari akan mengalami perkembangan, perkembangan tersebut berlangsung
secara cepat dan sangat berpengaruh terhadap perkembangannya selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ardy
Wiyani, Novan. 2014. Mengelola dan Mengembangkan Kecerdasan Sosial dan Emosi
Ana Usia Dini: Panduan bagi Orangtua dan Pendidik PAUD. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Diana, Ria. 2015. Karakteristik
Perkembangan Sosial Anak Usia Dini. STAIN SAS Babel
Itadz,
2008. Memilih, Menyusun dan
Menyajikan Cerita untuk Anak Usia Dini.
Yogyakarta: Tiara Wacana,
Sujiono,
Bambang, el. tc. 2010. Metode
Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka,
Putra,
Nusa dan Ninin Dwilestari, 2012. Penelitian Kualitatif PAUD Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
PT. Raja Grafindo.
[1] Novan Ardy Wiyani, Mengelola dan
Mengembangkan Kecerdasan Sosial dan Emosi Anak Usia Dini: Panduan bagi Orangtua
dan Pendidik PAUD. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hal.105.
[2] Makalah, Ria Diana, Karakteristik
Perkembangan Sosial Anak Usia Dini. STAIN SAS Babel, 2015, hal. 2.
[4] Novan Ardy Wiyani, Mengelola dan
Mengembangkan..., hal. 19.
[5] Itadz, Memilih, Menyusun dan Menyajikan Cerita untuk Anak Usia Dini. (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 2008), hal. 3
[6] Ibid., hal.5-14.
[7] Bambang Sujiono, dkk. Metode
Pengembangan Fisik. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2010), hal. 1.9.
[8] Ria Diana, Karakteristik
Perkembangan Sosial Anak Usia Dini. STAIN SAS Babel, 2015, hal. 5.
[10] Ria Diana, Karakteristik Perkembangan...,
hal. 7.
[11] Novan Ardy Wiyani, Mengelola dan
Mengembangkan Kecerdasan Sosial dan Emosi Anak Usia Dini: Panduan bagi Orangtua
dan Pendidik PAUD. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hal. 29-40.
[12] Itadz, Memilih, Menyusun dan Menyajikan..., hal. 16.
[13]
Novan Ardy Wiyani, Mengelola dan Mengembangkan..., hal. 96.
[14]
Itadz, Memilih, Menyusun dan Menyajikan ..., hal. 2
[15]
Nusa Putra dan Ninin Dwilestari, Penelitian Kualitatif PAUD Pendidikan Anak Usia Dini.( Jakarta:
PT. Raja Grafindo, 2012), hal. 41.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar